Senin, 09 Juni 2008

Resensi



Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Resensi adalah suatu jenis karangan yang berisi pertimbangan baik atau buruknya suatu karya.

Seblulm membahas mengenai resensi, ada baiknya mengulas resensi secara bahasa, kata resensi berasal dari bahasa Belanda ‘recensie’. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan review. Kata tersebut berasal dari bahasa latin ‘revidere’ dan ‘resence’ artinya melihat kembali, mesnimbang atau menilai. Di negeri kita, resensi sering diistilahkan dengan timbangan, tinjauan atau bedah buku, dll.

Sedang menurut istilah ada kekhususan pengertian resensi ;

  1. Werbster Collegate Dictionary (1995), review adalah “a critical evaluation of a book” karena pada hakikatnya resensi haruslah menjelaskan apa adanya suatu buku,; baik kelebihan atau kekurangan. Jadi resensi bukanlah tulisan yang menjual buku. Tidak ada pesan sponsor bagi resensi buku; karena resensi yang baik hanya mengungkapkan apa yang dibaca oleh peresensi secara kritis.

  2. Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai sebuah hasil karya atau buku, baik berupa buku fiksi dan buklu nonfiksi.

  3. Resensi buku adalah pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku yang bertujuan memberitahukan kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan bulku tersebut.

Resensi adalah pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku dengan tujuan untuk memberitahukan kepada pembaca perihal buku-buku baru dan kelebihan maupun kekurangan buku-buku tersebut.

Resensi bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Bertolak dari tujuannya resensi bermanfaat bagi para pembaca untuk menentukan perlu tidaknya membaca buku tertentu, atau pesrlu tidaknya menikmati suatu hasil karya seni. Dalam arti luas, resensi dibuat juga untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap karya-karya seni lainnya, seperti drama, film, sebuah pementasan, dan sebagainya.

Karena pertimbangan yang disampaikan penulis resensi itu harus disesuaikan dengan selera pembaca, maka sebuah resensi yang disiarkan sebuah majalah mungkin tidak sama dengan yang disiarkan pada majalah lain.

Menurut Mortimer J. Adler dan Charles Van Doren. Di dalam bukunya yang berjudul How To Read A Book, kedua orang ini memperkenalkan bagaimana prosedur membaca buku yang baikl :

  1. Membaca permulaan : kemampuan untuk mengenal huruf, kata dan kalimat.

  2. Membaca inspeksional : kemampuan membaca sekilas. Membaca sinopsisnya, kata pengantarnya, daftar isi, judul tiap-tiap bab yang dianggap menarik serta lampiran yang ada di dalamnya. Laaangkah ini memudahkan kita untuk memahami garis besar isi buku.

  3. Membaca analis : kemampuan untuk menilai buku. Mulai dari memetakkan apakah buku yang kita baca itu teori atau praktik. Kemudian, setelah membaca keseluruhan isi buku, dapat membuat ringkasan dari isi buku dengan beberapa kalimat, mencatat hal-hal penting dalam buku tersebut, termasuk informasi penulisnya. Semua ini sebagai bekal dan amonisi untuk membuat resensi nantinya.

Untuk menulis resensi kita harus memperhatikan dari sisi latar belakang dan nilai buku.

  1. Latar Belakang

Agar resensi bermanfaat bagi para pembaca maka penulis memulai menyajikan resensi dengan latar belakang buku itu. Penulis dapat memulai dengan mengemukakan tema dari karangan tersebut. Penyajian tema secara singkat itu dapat dilengkapi dengan deskripsi buku tersebut, sehingga para pembaca yang belum tahu dapat memperoleh gambaran mengenai isi tersebut.

Deskripsi buku tersebut bukan hanya menyangkut isinya tetapi juga dapat menyangkut badan mana yang menerbitkan buku itu, kapan dan dimana diterbitkan, berapa tebalnya dan formatnya. Penulis resensi juga dapat memperkenalkan pengarangnya : namanya, ketenaran yang diperolehnya, buku atau karya mana yang telah ditulisnya, atau mengapa ia sampai menulis buku itu.

Ini adalah meresensi paling mudah. Kita tidak perlu membaca isi buku secara keseluruhan atau mendalam. Kita hanya melaporkan yang tampak tanpa menganalisis isinya. Tujuan dari meresensi buku dengan cara ini, hanya sekedar memperkenalkan buku secara sekilas kepada para pembaca. Tetapi, tetap dikemukakan mengenai kekurangan dan kelebihan agar tidak dianggap hanya sekedar “iklan buku’.

  1. Macam dan Jenis Buku

Para pembaca memiliki selera yang berbeda. Oleh karena itu, penulis resensi harus membuat klasifikasi mengenai buku tersebut. Dengan memasukannya ke dalam kelas buku tertentu, akan mudah menunjukan persamaan dan perbedaan dari buku-buku lain, termasuk dalam kelompok yang sama sehingga pembaca akan tertarik untuk membacanya, dan ingin mengetahui lebih lanjut mengenai isi buku tersebut.

  1. Keunggulan Buku

Untuk memberikan evaluasi terhadap buku tersebut adalah dengan cara mengemukakan segi-segi yang menarik dari buku tersebut. Mengenai keunggulan buku, penulis resensi pertama-tama mempersoalkan organisasinya. Yang dimaksud organisasi adalah kerangka buku itu, hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lain. Yang kedua untuk menilai dari dekat sebuah buku, penulis resensi juga mempersoalkan bagaimana isinya. Hal yang ketiga dari masalah buku adalah bahasa yang digunakan. Ada yang berpendapat bahwa yang penting isinya bahasa tidak penting. Tetapi bagaimana mungkin pembaca dapat memahami isi buku tersebut jika bahasa yang digunakan tidak dapat dimengerti.

Hal yang terakhir yang dapat dikemukakan penulis resensi dalam memberikan penilaiannya adalah mengenai masalah teknik. Masalah teknik di sini adalah masalah tampilannya dalam segala sesuatu yang menyangkut perwajahan (lay out), kebersihan dan percetakannya. Hal ini sangat penting karena kesalahan dalam mencetak kata-kata atau menempatkan tanda baca dapat menggangu pembaca.

Seorang penulis resensi harus berusaha dengan tepat menunjukan keunggulan buku itu dengan memberikan penilaian langsung, dengan memberi kutipan-kutipan yang tepat dan menunjukan pertalian yang kompak antara bagian-bagiannya. Menilai sebuah buku berarti memberi saran kepada par pembaca untuk menolak atau menerima kehadiran buku tersebut. Penulis resensi harus tetap berusaha untuk memberi kesan kepada para pembaca bahwa penilaiannya telah diberikan secara jujur dan objektif.

  1. Menilai Buku

Dengan memberikan gambaran mengenai latar belakang dan mengemukakan pokok-pokok yang menjadi sasaran penilaian, penulis resensi sebenarnya telah memberikan pendapatnya mengenai nilai buku itu. Mengeritik berarti membesri pertimbangan, menilai dan menunjukan kelebihan-kelebihan buku itu secara penuh tanggung jawab. Tugas pokok penulis resensi adalah memberi sugesti kepada para pembaca apakah sebuah buku patut dibaca atau tidak.

Tujuan utama membuat resensi adalah menilai dengan sungguh-sungguh, secara jujur dan objektif, menganalisis tujuan penulisan buku, kualifikasi penulisannya serta membandingkan dengan buku-buku lain.

Sebelum menulis aresensi, seseorang harus membaca buku yang akan diresensi secara utuh. Di bawah ini bebrapa hal yang dapat dijadikan pedoman menyusun resensi adalah :

  1. Penulis resensi harus mengetahui jenis buku yang akan diresensi;

  2. Sebutkan keunggulan buku tersebut; dimanakah letak kelebihan buku tersebut; pada penympaiannya, plotnya, bahasanya, gambaran latarnya, penyusunannya, atau isinya.

  3. Sebutkan kelebihan dan kelemahannya. Memberikan kritik berarti memberikan pertimbangan-pertimbangan.

  4. Berikan bukti atas komentar atau pertimbangan dengan mengutip kata atau kalimat yang dibicarakan.

Untuk mempermudah menyusun resensi, petunjuk teknis di bawah ini dapat diikuti.

  1. Bacalah buku secara global, untuk mengetahui sekilas dan secara cepat isi buku yang akan diresensi.

  2. Bacalah buku tersebut untuk kedua kalinya dan mencatat hal-hal yang akan diungkapkan dalam resensi.

  3. Tulislah kesan yang timbul setelah membaca buku. Kesan tersebut dapat dijadikan resensi.

  4. Mulailah menulis resesi.


Caranya sebagai berikut :

    • Tulislah judul resensi

    • Tulislah judul yang akan diresensi

    • Tulislah nama pengarang buku tersebut.

    • Jika buku tersebut merupakan buku terjemahan, tulislah judul dan pengarang aslinya, serta penerjemahnya.

    • Tulislah tebal buku/jumlah halaman

    • Tulislah tubuh resensi

    • Sebutkan jenis buku yang diresensi

    • Sebutkan pokok persoalan dalam buku tersebut

    • Tulislah alur ceritanya

    • Tulislah kesan atau ulasan alur tersebut



e.Tinjauan Fiksi (The Fiction Review)

Ini adalah cara meresensi yang biasa digunakan dalam buku-buku fiksi. Selain harus menguasai isi buku peresensi juga harus mencari perimbangan antara jalan cerita (plot, synopsis) dan tema cerita. Kadang dipaparkan juga tentang proses kreatif pembuatan karya oleh penulis buku itu sementara isi buku sendiri hanya dipaparkan sekilas saja.

Perbedaan antara resensi buku dan resensi film terletak pada latar belakangnya saja. Jika pada resensi buku jumlah halaman/tebal buku, isi buku, dan tempat terbitnya, maka pada resensi film terdapat berapa lama film tersebut (durasi waktunya), harga dari film tersebut, dan lain-lain. Dari segi sisi, antara resensi film dan resensi buku tidak ada perbedaan.


Struktur Karya Resensi


Judul

  1. judul buku:

  2. penulis:

  3. penerbit:

  4. cetakan:

  5. tebal buku:

  6. peresensi:


Isi……………

Untuk mengirimkan karya resensi ke media, usahakan ditulis dengan spasi 1,5 maksimal 2,5 halaman kuarto dan disertakan sampul buku.

Berikut ini contoh format resensi buku:

Judul Buku : Dasar-Dasar Meresensi Buku

Penulis : Daniel Samad

Penerbit : Grasindo

Cetakan : 1, 1997

Tebal : xi + 82

Harga : Rp. 10.000,-


Tujuan Pembuatan Resensi

  • Menyampaikan informasi kepada pembaca apakah sebuah karya patut mendapat saambutan atau tidak.

  • Menunjukan kepada para pembaca layak-tidaknya sebuah buku dibaca.

  • Memberitahukan kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku tersebut.









Persyaratan bagi Peresensi1

Peresensi sebaiknya memiliki bekal pengetahuan yang memadai untuk memahami isi buku bersangkutan. Peresensi yang sama sekali tidak tahu sastra, dan tidak pernah membaca buku- buku sastra, tentu akan sulit jika diminta meresensi novel baru karya Pramudya Ananta Toer. Contoh lain, orang yang tidak pernah belajar fisika diminta meresensi buku karya pemenang Nobel Fisika tahun 2005. ya, jika dipaksakan tentu saja bisa, tetapi kualitas resensi macam apa yang bisa kita harapkan dari sini?

Ada suatu penerbitan di Amerika, yang isinya adalah sepenuhnya adalah resensi-resensi buku. Yang hebat, para pembuat resensi itu bukan orang sembarangan, tetapi para ahli dan pakar (beberapa diantaranya pemenang hadiah Nobel). Buku yang diresensi pun adalah karya terpilih, juga karangan orang-orang hebat. Hasilnya, resensi-resensi tersebut bernilai tinggi, bahkan mungkin tidak kalah dengan isi buku yang diresensi itu sendiri. Dengan membaca resensi semacam itu, yang ditulis oleh mereka yang sangat menguasai bidang keahliannya, pembaca mendapat tambahan ilmu pengetahuan yang luar biasa.

Menurut Daniel Samad peresensi buku sastra harus dapat menyampaikan dua lapis penilaian atau pertimbangan, yakni nilai literer dan manfaat untuk hidup. Nilai literer terungkap dari kegiatannya yang disebut apresiasi sastra dan manfaat untuk hidup terungkap dari apresiasinya atas kebutuhan mereka. Peresensi dapat menyoroti salah satu dari bahan resensi yang ditinjau dari segi bahasa, yakni biasanya bernas (singkat-padat), tegas dan tandas. Pemilihan karakter bahasa yang digunakan disesuaikan dengan karakter media cetak yang akan memuat dan karakter pembaca yang akan menjadi sasarannya.

Hal-hal yang patut dinilai dalam resensi buku

  1. Aspek luar, misalnya:

    1. Perwajahan kulit muka. Apakah kulit mukanya enak dipandang dan menarik?

    2. Berat dan ketebalan. Apakah ukuran buku ini terlalu besar, atau justru terlalu kecil?Apakah terlalu berat, terlalu tebal, atau terlalu ringan dan tipis?

    3. Desain halaman dalam. Apakah desainnya menarik sehingga enak dipandang, atau malah membosankan?

    4. Jenis kertas yang digunakan. Apakah jenis kertasnya (kertas koran, HVS, art paper, kertas daur ulang, dan sebagainya) berwarna terang atau suram? Apakah terlalu berat atau ringan? Apakah kuat atau rapuh.

    5. Jenis huruf/tipografi yang digunakan. Apakah tipografi yang digunakan terlalu kecil, sehingga menyulitkan pembaca? Atau justru terlalu besar, sehingga boros halaman? Apakah tipografinya terkesan terlalu kaku?

    6. Foto, gambar, sketsa, grafik, tabel yang digunakan. Apakah foto dan gambar yang dipasang itu jelas dipandang? Apakah grafik dan tabel yang dipasang mudah dipahami dan efektif?

    7. Harga buku. Apakah terlalu mahal?


  1. Aspek isi, misalnya;

    1. Apa pokok pikiran yang diajukan penulis? Data dan argumen apa saja yang ia ajukan untuk mendukung pokok pikiran tersebut?

    2. Apakah pokok pikiran, argumen, data, dan ide-ide yang tertuang di dalam buku itu cukup orisinil? Pendekatan atau metodologi apa yang ia gunakan dalam membahas masalah dan pokok pikiran dalam buku itu?

    3. Adakah unsur,pendekatan, perspektif atau pengetahuan baru, yang bisa diperoleh dengan membaca buku ini? Ataukah isinya sama saja seperti buku-buku lain yang sudah lebih dulu beredar?

    4. Apakah isinya relevan dengan konteks situasi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini?

    5. Apa kontribusi buku ini dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tertentu, yang terkait dengan tema buku ini?

    6. Apakah buku ini disusun secara cermat, teliti, mendalam, atau terkesan ceroboh dan tergesa-gesa?

    7. Apakah sistematika pembahasan dalam buku ini bersifat logis, teratur dan memudahkan pembaca untuk memahami, atau justru sebaliknya rumit, berbelit-belit dan membingungkan?

    8. Adakah kesalahan fakta, data, analisis, dalam buku ini? Apakah datanya valid? Apakah penulis kritis dalam melihat permasalahan?

    9. Apa tujuan pengarang menulis buku ini? Apakah tujuan tiu tercapai dengan terbitnya buku ini?

    10. Apakah pengarang memiliki kompetensi yang cukup untuk menulis buku ini? Seorang sosiolog tentu akan dipertanyakan kredibilitasnya jika ia menulis buku tentang Ilmu Bedah Kedokteran.

    11. Siapa khalayak penbaca buku ini? Apakah buku ini bersifat terlalu mendalam, sehingga lebih tepat untuk pembaca tertentu yang memang memilki kualifikasi khusus (kalangan akademis atau profesional), atau buku ini cocok juga untuk pembaca yang lebih awam.


Macam-macam Pola Penulisan Resensi

Tidak ada pedoman baku dalam penulisan resensi. Namun secara kasar, penulisan resensi untuk media massa mengikuti konvensi umum seperti dalam penulisan artikel lain. Unsur-unsurnya sebagai berikut:

  • Judul resensi yang menarik. Di media massa, judul yang menarik (eye-cathing) ini perlu dan mutlak. Deskripsi udul buku, nama pengarang (atau penyunting), nama penerbit, kota tempat penerbitan, jumalah halaman, dan harga buku (boleh dicantumkan, boleh juga tidak). Ini disebut heading dan biasanya dicantumkan di awal resensi, misalnya: Makna Cinta dan Perkawinan di Era Globalisasi, Dian Kencana Dewi, Bandung: Unpad Press, 2005, vii + 237 hlm.

  • Alinea pembuka (dalam teknik penulisan berita, disebut sebagai lead). Alinea pembuka atau lead ini bersifat sebagai pemancing agar pembaca mau membaca resensi, maka lead ini harus dibuat semanarik mungkin. Dalam membuat lead, peresensi misalnya, mampu mengaitkan isi buku dengan konteks situasi yang sedang hangat di masyarakat, misalnya: buku tertema tentang korupsi diterbitkan ketika sedang ramai-ramainya pengadilan kasus korupsi terhadap seorang pejabat tinggi. Lead bersama judul berfungsi penting sebagai penarik minat pembaca.

  • Deskripsi atau rangkuman tentang isi buku. Disini peresensi merangkum isi atau esensi buku secara ringkas. Tentu saja, pembaca tidak dapat menilai suatu buku jika gambaran ringkas isinya pun belum ia ketahuinya. Dalam merangkum tentang isi buku, peresensi boleh mengutip satu atau dua kalimat atau alinea yang menarik dari buku yang untuk memperjelas gambaran isinya.

  • Komentar, evaluasi, dan penilaian. Inilah esensi dari suatu resensi, yakni si peresensi mengomentari dan menilai suatu buku dari berbagai aspek: aspek luar dan aspek isi. Karena keterbatasan di ruang media cetak, tentu tidak perlu seluruh aspek ini dibahas secara rinci. Peresensi boleh memilih aspek-aspek mana yang menurutnya paling penting untuk diulas dan disampaikan kepada pembaca.

  • Kalimat penutup dan rekomendasi. Dalam kalimat penutup ini, peresensi kadang-kadang secara tegas merekomendasikan bahwa buku bersangkutan memang layak atau tidak layak dibaca. Kadang-kadang rekomendasi tegas, semacam itu tidak diungkapkan, karena pembaca dianggap sudah bisa menyimpulkan sendiri berdasarkan ulasan panjang sebelumnya.

  • Identitas peresensi sering juga dicantumkan di bagian akhir resensi. Manfaatnya adalah untuk menunjukkan kredibilitas peresensi dalam meresensi buku bertema tertentu, misalnya di akhir sebuah resensi tentang buku kehumasan, identitas peresensi disebutkan: Dian Eka Puspita Sari, Staf Humas Trans TV. Artinya, peresensi ingin menunjukkan bahwa ia adalah praktisi Humas dan karena itu memiliki cukup kompetensi untuk meresensi buku bertema Kehumasan.

Menurut Daniel Samad dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Meresensi. Buku ini pada hakikatnya mengungkapkan langkah-langkah meresensi buku, baik yang berupa fiksi maupun nonfiksi sama, kalupun ada perbedaan itu disebabkan materi yang membangunnya terlebih lagi buku-buku fiksi yang memiliki unsur dan konvensi yang khas.

Langkah-langkah meresensi buku:

  • Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi.

  • Membaca buku yang akan diresensi secara kompetitif, cermat, dan teliti.

  • Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.

  • Membuat sinopsis atau intisar dari buku yang akan diresensi.

Contoh resensi film:

    • Resensi film

Judul : 2:37

Pemain : Theresa Palmer, Joel Mackenzie, Frank Sweet

Sutradara : Muraly K. T.

Tahun : 2006

Film ini mewakili permasalahan anak muda yang umum terjadi di sekitar kita. Ada seorang pria tampan dan beken di kampusnya yang bisa menaklukkan semua wanita tapi ia ternyata memiliki kelainan seksual yaitu mencintai sesama jenis atau gay. Walau ia sudah berusaha melawan hasrat menyimpang itu. Ada juga seorang wanita yang dinomorduakan di rumahnya dibandingkan kakaknya yang ternyata kakaknya juga mencintainya lebih dari seorang kakak mencintai seorang adik. Di samping itu, ada juga seorang pria yang merasa ia merupakan yang paling menyedihkan dan pecundang di seluruh kampusnya. Dan masih banyak lagi masalah yang ditampilkan disetiap karakter.

Di setiap kasus di atas memiliki hubungan yang rumit dan kompleks. Seperti lingkaran setan yang mengikat dan sulit untuk keluar dari lingkaran tersebut. Film garapan Muraly K. T ini mendapatkan penghargaan di ‘Festifal Cannes’ di tahun 2006. film ini diperankan oleh beberapa bintang muda berbakat, seperti Theresa K. Joel M., dan Frank Sweet.

Bagi Anda yang memiliki masalah yang mungkin sama dengan karakter di film ini, mungkin dengan menonton film ini, Anda bisa mendapatkan titik terang untuk masalahmu atau minimal bisa sebagai pembelajaran.


    • Resensi Buku:

Judul Buku : Azab dan Sengsara

Pengarang : Merari Siregar

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun terbit : 1918

Roman “Azab dan Sengsara” karya Merari Siregar merupakan kritik tidak langsung berbagai adat dan kebiasaan buruk yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman modern. Roman ini adalah roman pertama yang mengupas masalah kawin paksa yang kemudian menjadi tema yang selalu menarik dikemukakan dalam roman-roman Indonesia.

Dalam roman ini diceritakan nasib buruk seorang gadis yang bernama Mariamin yang tidak jadi menikah dengan Aminuddin yang dicintainya karena orang tua Aminuddin tidak setuju bermantukan Mariamin yang miskin.

Sebenarnya orang tua Mariamin dulunya kaya raya, tetapi karena keserakahan ayahnya, Datuk Baringin mereka akhirnya jatuk melarat. Ketika Datuk Baringin meninggal, ia meninggalkan anak dan isterinya dalam keadaan miskin dan sengsara. Mariamin menikah dengan Kasibun yang ternyata sudah beristeri dan berpenyakit kotor pula. Akhirnya Mariamin meninggal dalam kesengsaraan.

Meskipun roman ini bercerita tentang kehidupan modern, gaya dan komposisi roman ini tidak jauh berbeda dengan hikayat-hikayat lama. Situasi kejiwaan tokoh-tokohnya kurang mendapat perhatian yang serius dari pengarangnya. Dalam setiap kesempatan, pengarang menyuruh para pelakunya untuk memberikan nasihat berpanjang-panjang sehingga timbul kesan menggurui pembaca.

Sebagai roman yang pertama dalam kesusastraan Indonesia, kita perlu bangga atas keberanian Mewrari Siregar mengemukakan idenya tentang kawin paksa.

Sayangnya, pada akhir cerita tujuan pengarang yang ingin mengadakan pembaharuan tidak tercapai karena yang tetap menang adalah orang tua sebagai pemegang adat, sedangkan anak-anak muda tidak berani menentang adat.

Mungkin contoh di atas sudah mewakili dari beberapa jenis resensi seperti teater, drama, album, puisi, dan lain-lain.

Menulis resensi buku sebenarnya hampir mirip seperti memilih calon suami atau calon istri. Mengapa demikian? Karena suatu resensi, apapun objeknya (resensi film, drama, buku, teater, pembacaan puisi, musik, dan sebagainya). Pada akhirnya memberikan suatu penilaian dan kemudian memberikan suatu pertimbangan dan saran kepada pembaca untuk menentukan sendiri sikapnya terhadap objek yang akan diresensi.

Dalam mencari sebuah buku kita tidak disulitkan untuk membeli dan membaca sebuah buku. Sebelum membeli, tentu saja kita ingin tahu kualitas buku tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana kualitas sebuah buku cobalah baca resensinya, walupun tidak 100% mendekati setidaknya 80% dari resensi buku menggambarkan seberapa berkualitas buku yang hendak dibeli dan dibaca.


Teknik meresensi buku:

  1. Catatan Buku (The Book Notice)

Ini adalah meresensi yang paling mudah. Kita tidak perlu membaca isi buku secara keseluruhan atau mendalam. Hanya melaporkan yang tampak tanpa menganalisis isinya. Tujuan dari meresensi buku dengan cara ini untuk, hanya sekedar memperkenalkan buku. Tapi, tetap saja perlu diketengahkan mengenai kekurangan dan kelebihannya agar tidak dianggap hanya sekedar iklan buku.

  1. Tinjauan Buku (The book Digest)

Dengan cara ini, pembaca bisa memahami buku secara menyeluruh karena peresensi telah membuat catatan tentang intisari sebuah buku membuat ringkasan buku, serta memberikan catatan kelemahan dan kekurangannya. Dengan cara ini, peresensi harus bisa membaca dengan analitis dan bisa memahami betul isi buku agar bisa membuat penilaian secara tepat terhadap isi buku tersebut. Petikan-petikan langsung isi buku diperlukan untuk meyakinkan pembaca. Cara ini sangat tepat digunakan dalam meresensi buku-buku ilmiah (nonfiksi).

  1. Kritik Buku ( The Book Critism)

Tujuan utama cara ini adalah menilai suatu buku. Membuat penilaian sungguh-sungguh tentang isi buku. Membuat penilaian secara jujur dan objektif terhadap sebuah buku, menganalisis tujuan penulisan buku, kualifikasi penulisnya serta membandingkannya dengan buku-buku lain.

  1. Tinjauan Fiksi (The Fiction Review)

Tinjauan fiksi ini adalah cara neresensi yang biasa digunakan dalam meresensi buku-buku fiksi. Seorang peresensi selain harus menguasai isi buku, ia juga mampu memberi pertimbangan antara jalan cerita (plot, sinopsis), dan tema cerita. Terkadang dipaparkan juga tentang proses kreatif pembuatan karya oleh penulis buku itu. Sementara itu, isi buku sendiri hanya dipaparkan sekilas saja.



kesimpulan


Dapat disimpulkan bahwa resensi merupakan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku, dengan tujuan untuk memberi tahu kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurngan buku tersebut resensi juga memiliki arti yang lebih luas, bahwa rsensi dibuat juga untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap karya-karya seni lainnya, seperti drama, sebuah pementasan,dan sebagainya

Adapun tujuan utama dalam membuat resensi adalah menilai dengan sungguh-sungguh, secara jujur dan objektif, menganalisis tujuan penulisan buku, kualifikasi penulisnya serta membandingkannya dengan buku-buku lain. Dalam membuat resensi, kita harus memperhatikan teknik-teknik meresensi dapat dengan mudah dipahami oleh para pembaca



Daftar pustaka


Kenaf,Gorys.komposisi.Ende-Flores:Nusa Indah.1970

Nurhadi,dkk.Bahasa dan Sastera Indonesia.Jakarta:Erlangga.2004

Sahara,Siti.Hj.keterampilan Berbahasa Indonesia.Jakarta:FITK Press.2008

Tukan, P.Mahir Berbahasa Indonesia3A.Jakarta:Erlamgga.2005

WWW.Google.Com.



1 Hj. Siti Sahara, dkk, Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tar biyah dan Keguruan, 2008), h.131-138.

Tidak ada komentar: